Sunat adalah proses pemotongan atau pelepasan kulup, yaitu kulit yang menutupi ujung penis. Sunat juga dikenal dengan nama sirkumsisi atau khitan. Sunat memiliki beberapa manfaat, di antaranya: Membuat kepala penis lebih terbuka sehingga mudah dibersihkan, Mengurangi risiko infeksi, Mengurangi risiko kanker penis, Menjaga kebersihan penis. Sunat umumnya dilakukan pada anak-anak, tetapi juga bisa dilakukan pada orang dewasa. Sunat bisa dilakukan karena alasan medis, tradisi, atau religius. Sunat merupakan operasi yang relatif aman, tetapi tetap berisiko menimbulkan komplikasi. Untuk meminimalkan risiko komplikasi, sunat sebaiknya dilakukan oleh dokter atau dokter bedah.
Sunat, khitan, atau sirkumsisi (bahasa Inggris: circumcision; bahasa Arab: ختان, khitān) adalah tindakan memotong atau menghilangkan sebagian atau seluruh kulit penutup depan dari penis. Frenulum dari penis dapat juga dipotong secara bersamaan dalam prosedur yang dinamakan frenektomi. Kata sirkumsisi berasal dari bahasa Latin circum (berarti "memutar") dan caedere (berarti "memotong").
Sunat telah dilakukan sejak zaman prasejarah, diamati dari gambar-gambar di gua yang berasal dari Zaman Batu dan makam Mesir purba. Alasan tindakan ini masih belum jelas pada masa itu tetapi teori-teori memperkirakan bahwa tindakan ini merupakan bagian dari ritual pengorbanan atau persembahan, tanda penyerahan pada Yang Mahakuasa, langkah menuju kedewasaan, tanda kekalahan atau perbudakan, atau upaya untuk mengubah estetika atau seksualitas. Sunat pada laki-laki diwajibkan pada agama Yahudi. Sunat dalam agama Islam adalah Sunnah, namun sudah menjadi kebiasaan secara turun-menurun dikarenakan mengikuti pola hidup sehat yang diajarkan oleh Rasulullah ﷺ Praktik ini juga terdapat di kalangan mayoritas penduduk Korea Selatan, Amerika, dan Filipina
Menurut literatur AMA tahun 1999, orang tua di AS memilih untuk melakukan sunat pada anaknya terutama disebabkan alasan sosial atau budaya dibandingkan karena alasan kesehatan. Akan tetapi, survei tahun 2001 menunjukkan bahwa 23,5% orang tua melakukannya dengan alasan kesehatan.
Para pendukung integritas genital mengecam semua tindakan sunat pada bayi karena menurut mereka itu adalah bentuk mutilasi genital pria yang dapat disamakan dengan sunat pada wanita yang dilarang di AS.
Beberapa ahli berargumen bahwa sunat bermanfaat bagi kesehatan, namun hal ini hanya berlaku jika pasien terbukti secara klinis mengidap penyakit yang berhubungan dengan kelamin. Beberapa penyakit yang kemungkinan besar memerlukan sunat untuk mempercepat penyembuhan seperti pendarahan dan kanker penis, namun, kedua hal ini jarang terjadi. Penyakit fimosis juga bisa diatasi dengan sunat, walaupun sekarang juga telah berkembang teknik yang lainnya. Lebih utamanya sunat ditujukan untuk tindakan preventif (pencegahan) terhadap penyakit-penyakit yang berhubungan dengan kelamin.
Hasil evaluasi para ahli akhir-akhir ini menunjukkan bahwa manfaat kesehatan dari sunat laki-laki yang baru lahir lebih besar daripada risikonya. Manfaat khusus dari sunat laki-laki antara lain untuk pencegahan infeksi saluran kemih, penularan HIV, penularan beberapa infeksi seksual, dan kanker penis. Sunat pada anak laki-laki tidak mempengaruhi fungsi/sensitivitas seksual penis atau kepuasan seksual.
Sunat pascalahir biasanya dipilih oleh orang tua untuk alasan nonmedis, seperti syariat agama atau keinginan pribadi, yang mungkin didorong oleh norma masyarakat. Di luar bagian Afrika dengan prevalensi HIV/AIDS yang tinggi, posisi organisasi medis besar dunia terhadap sunat pascalahir nonterapis berkisar dari memiliki sejumlah manfaat kesehatan dan kebersihan yang lebih besar daripada risiko kecil, hingga memandangnya sebagai tidak bermanfaat dengan risiko yang cukup berbahaya. Tidak ada organisasi medis besar yang menyarankan sunat pascalahir secara universal dan tidak ada pula yang menyerukan larangan.
Royal Dutch Medical Association, yang mengemukakan beberapa tentangan terkuat terhadap kebiasaan sunat pascalahir, berpendapat bahwa sekalipun ada alasan kuat untuk melarang melakukan sunat, namun orang tua yang bersikeras agar anaknya disunat akan berpaling pada praktisi yang tidak berahli ketimbang pekerja medis. Argumen yang menjaga pembedahan ini agar tetap dalam lingkup profesional medis ditemukan di semua organisasi medis besar.
Organisasi-organisasi tersebut menyarankan profesional medis untuk memberikan beberapa pilihan pada orang tua, yang umumnya berdasarkan pandangan agama atau budaya, dalam keputusan mereka untuk menyunat. Danish College of General Practitioners menyatakan bahwa sunat sebaiknya "hanya [dilakukan] saat dibutuhkan secara medis, karena sunat dengan bukan ahli medis tergolong kasus mutilasi
Mengenal Manfaat Sunat untuk Pria dari Segi Kesehatan
1. Menjaga Kebersihan Penis.
Salah satu tujuan sunat adalah menjaga kebersihan penis. Pasalnya, kulup pada ujung kemaluan berpotensi menjadi tempat penumpukan sel kulit mati, bakteri, dan minyak. Tanpa menjalani sunat, penis harus dibersihkan dengan ekstra. Jika tidak, maka akan timbul penumpukan daki atau bercak putih kekuningan (smegma) yang berbau tidak sedap dan meningkatkan risiko infeksi.
2. Mencegah Penularan Penyakit Menular Seksual.
Sunat bagi pria juga bermanfaat untuk mengurangi risiko penyakit menular seksual, seperti herpes genital, HIV, dan sifilis. Manfaat ini juga dapat menurunkan risiko penyakit menular seksual pada pasangan wanitanya.
3. Mengurangi Risiko Gangguan Penis.
Umumnya, tujuan sunat adalah untuk menurunkan risiko seorang pria terserang gangguan pada penis seperti, fimosis dan balanitis. Perlu diketahui, pria dewasa yang belum disunat berisiko lebih tinggi mengalami fimosis, yaitu kondisi dimana kulup penis yang tertarik, malah tersangkut atau tidak dapat kembali ke posisi semula.
Sementara itu, balanitis dapat terjadi ketika kulit terluar penis dan kepala penis yang belum disunat mengalami infeksi sehingga terasa gatal, meradang, dan memerah.
4. Mengurangi Risiko Infeksi Saluran Kemih.
Salah satu manfaat sunat atau khitan adalah mengurangi risiko infeksi saluran kemih (ISK). Meski umumnya ISK lebih banyak terjadi pada wanita, namun pria yang belum sunat juga memiliki risiko tinggi terserang infeksi saluran kemih.
5. Mengurangi Risiko Kanker Penis.
Meski risiko kanker penis pada pria cenderung rendah, namun pria yang tidak disunat berisiko tinggi mengalami penyakit ini karena beberapa penyakit seperti infeksi HIV, infeksi HPV, fimosis, dan balanitis merupakan faktor risiko dari kanker penis.